"Selamat Datang di Situs Berilfo Terlengkap, Terupadate Bagi Anda Yang Berminat Untuk Memasang Iklan Silahkan Via SmS atau email "

28 Januari 2013

Hary Tanoe, Melejit Setelah Bercerai

Kali ini, kakadikaa akan memberikan Berita Politik Sore hari itu, Hary dan beberapa loyalisnya, memang sengaja menggelar konferensi pers di Museum Adam Malik, Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat. Hari itu, Hary mengumumkan pengunduran dirinya dari partai yang didirikan Surya Paloh.
Sejak bergabung tanggal 9 Oktober 2011, iklan Partai Nasdem dan sosok Hary, hampir setiap hari mewarnai, setidaknya di tiga stasiun televisi MNC Group, yakni RCTI, MNC TV, dan Global TV. Sejak saat itu pula, Hary all out mengerahkan energi, waktu, dan tentu saja uang. Konon, Hary sudah mengeluarkan ratusan miliar untuk membesarkan Partai Nasdem. "Saya enggan menjawab soal dana tersebut," katanya.

Hary mengaku sedih berpisah dengan Partai Nasdem. Tapi apa boleh buat. Perbedaan prinsipnya dengan Surya Paloh, membuat dia harus mengambil keputusan cerai. Hary ingin mempertahankan struktur kepengurusan yang ada. Sebaliknya, Surya Paloh menginginkan perubahan dan ingin menjadi ketua umum.

Masa bulan madu yang baru seumur jagung itu pun berakhir. Tapi, banyak kalangan menduga, perbedaan prinsip politik bukan semata-mata menimbulkan perceraian tersebut. Kabarnya, gagalnya Hary membeli saham Metro TV, milik Surya Paloh, sebagai faktor yang ikut menentukan.
Namun, soal ini dibantah juru bicara Hary Tanoesoedibjo dan MNC Group, Arya M Sinulingga. “Ah…, tidak betul itu. Pak Hary tidak pernah menawarkan atau ditawarkan,” kata Arya kepada InilahREVIEW lewat sambungan telepon, Jumat pekan lalu.

Sebaliknya, Surya Paloh malah membocorkan keinginan Hary yang akan membeli ANTV dan tvOne milik Aburizal Bakrie. “He-he-he…, itu benar. Dia (Hary) sedang ikut dalam pelelangan tvOne dan ANTV,” kata Surya di Kantor Nasdem, Jalan Gondangdia Lama, Jakarta, Senin pekan lalu, seperti dikutip dari merdeka.com.

Kian Melejit
Apapun itu, yang jelas, sosok Hary belakangan ini telah menjadi bintang. Namanya kian melejit. Dia bukan lagi sekadar pengusaha besar, tapi bak politikus kenamaan. Dia menjadi rebutan sejumlah partai politik. Ada Partai Demokrat, Partai Golkar, Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), dan Partai Hanura, yang siap menampung. Hingga akhir pekan lalu, Hary belum bersedia menerima pinangan tersebut.
Harap maklum jika Hary menjadi rebutan partai politik. Soalnya, dia adalah pemilik dan pengendali berbagai media di bawah payung MNC Group. Ada puluhan media dalam jaringan kelompok usaha ini, mulai dari televisi, televisi berbayar, radio, koran, majalah, situs online, sampai rumah produksi. Maka, tak begitu mengherankan, kalau banyak orang sering menjulukinya sebagai ‘Raja Bisnis Multimedia’.
Tak hanya punya jaringan bisnis media. Bisnis Hary juga menyebar ke mana-mana. Di bawah kendali PT Bhakti Investama yang didirikannya pada November 1989, dia juga menggarap bisnis jasa keuangan, tambang, dan portfolio investment.

Di bidang jasa keuangan, PT Bhakti Capital Indonesia Tbk yang kini menjadi PT MNC Kapital Indonesia Tbk mengasuh MNC finance, bank, ansuransi, sekuritas, dan lain-lain. Adapun di bidang pertambangan, Hary mengelola area tambang batu bara di Kalimantan dan Sumatra plus lapangan migas di Papua. Sedangkan portfolio investment mengasuh MNC Sky Vision, PT Global Transport service, dan lain-lain.

Jalan Tol dan Resor
November tahun lalu, kegiatan bisnis Hary genap berusia 13 tahun. Ulang tahun kelompok bisnis ini ditandai dengan mencaplok semua jalan tol yang dibangun dan dikelola oleh PT Bakrieland Development Tbk (ELTY) milik Bakrie Group senilai Rp 3 triliun.
Hanya saja, hingga tenggat waktu akhir transaksi Desember lalu, MNC Group belum menuntaskan pembayaran lantaran terganjal beberapa hal. Salah satunya, soal pengambilalihan fasilitas kredit sindikasi perbankan dan jaminan perusahaan (corporate guarantee).
Asal tahu saja, ELTY menjual dua jenis aset miliknya. Pertama, adalah anak usaha mereka, PT Bakrie Toll Road (BTR) yang memiliki lima konsesi jalan tol, yakni Ciawi-Sukabumi, Kanci-Pejagan, Pejagan-Pemalang, Batang-Semarang dan Pasuruan-Probolinggo. ELTY mematok harga lima konsesi jalan tol itu sebesar Rp 2 triliun.

Kedua, ELTY juga menjual kepemilikan aset di Lido Resort senilai Rp 1 triliun. ELTY menjual kedua aset tersebut dalam satu paket kepada MNC Group pada akhir tahun 2012.
Di Lido Resort yang terletak di Sukabumi, Jawa Barat ini, Hary berencana membangun taman hiburan sekelas Disneyland. “Ini akan menjadi kebanggaan Indonesia,” katanya beberapa waktu lalu.
Proyek yang akan dibangun di atas lahan seluar 1.000 hektar akan dimulai tahun ini. Hary memastikan, taman hiburan ini akan mengalahkan Universal Studio dan Disneyland yang ada di luar negeri. “Bukan seperti sekarang. Orang-orang, keluarga pergi liburan ke Disneyland, Universal. Kita jadikan destination,” tambah Hary.

Hary tak puas hanya sampai di sini. PT MNC Land Tbk (KPIG), perusahaan properti miliknya, pekan lalu mengumumkan akan membangun kawasan pariwisata terpadu Mandalika Resort di Lombok, Nusa Tenggara Barat. Untuk membangun kawasan pariwisata ini, MNC menggandeng PT Gobel International, perusahaan yang dikendalikan Rachmat Gobel.

Pada tahap awal, MNC akan membangun hotel dan resor, lapangan golf, permukiman golf, serta permukiman di kawasan pantai. Proyek itu dibangun di atas lahan seluas 164 hektar. Untuk membuat Mandalika Resort sebagai resor ramah lingkungan kelas atas, MNC menggandeng Grup Club Mediterrannee (Club Med). Reputasi Club Med sebagai salah satu satu operator hotel dan resor andal telah diakui dunia internasional.

Beli Bank
Yang tak kalah spektakuler adalah rencana Hary yang akan melakukan ekspansi di bisnis keuangan. Lewat PT Bhakti Capital Indonesia Tbk (BCAB) yang kini menjadi PT MNC Kapital Indonesia Tbk, dia akan membeli dua bank devisa. Kabarnya, bank yang dilirik itu adalah Bank Windu Kencana dan Bank Bumi Putera.
Menurut Hary, dengan memiliki bank, MNC Kapital bisa lebih leluasa melakukan sinergi bisnis keuangannya. “Ini bukan ambisi Hary Tanoe, tapi strategi bisnis,” katanya beberapa waktu lalu. Saat ini MNC Kapital telah memiliki usaha sekuritas, asuransi, serta manajer investasi.
Bagi pengusaha seperti Hary, bisnis perbankan memang cukup menjajikan. Dengan jumlah penduduk sekitar 240 juta jiwa, negeri ini merupakan pasar jasa keuangan yang sangat besar. Selain itu, bisnis perbankan juga sangat menguntungkan. Bayangkan, saat ini net interest magin (margin bunga bersih) perbankan di Indonesia berkisar antara 4%-5%. Sebuah angka yang sulit diperoleh industri perbankan mana pun.

Tersandung Masalah
Namun, berbagai langkah bisnis Hary bukan tanpa masalah. Berkali-kali, dia sempat berurusan dengan aparat hukum terkait bisnisnya. Tahun 2004, misalnya, Hary terjerat kasus penerbitan Negoitable Certificate Deposit (NCD) fiktif senilai US$ 28 juta.
Transaksi jual beli surat berharga itu dilakukan antara PT Citra Marga Nusaphala Persada (CMNP) milik Siti Hardijanti Rukmana (Tutut) dengan Drosophila Enterprise milik Hary Tanoe. Dalam perjalannya, CMNP diambil alih Hary. Transaksi NCD itu diperantarai PT Bhakti dengan menggunakan peran Unibank. Tahun 2009, Abdul Malik Jan melaporkan Hary ke Bareskrim Polri. Namun, kasus ini sudah tak terdengar lagi.

Masalah bisnis dengan Tutut lainnya juga berujung pengadilan. Sebagai pemilik TPI, putri pertama Pak Harto itu kesulitan dana dan mengeluarkan obligasi konversi Rp 150 miliar. Hingga jatuh tempo pada 2002, TPI tidak sanggup mencicil utang dan ditolong oleh PT Berkah Karya Bersama milik Hary. Kedua belah pihak kemudian saling menggugat di pengadilan, berebutan kepemilikan TPI. Namun hingga kini TPI berada dipelukan Hary dan berubah menjadi MNC TV.

Kasus lainnya adalah Sistem Administrasi Badan Hukum (Sisminbakum), proyek Kementerian Kehakiman dan HAM tahun 2001. Dalam membangun Sisminbakum, negara tak punya dana. Kementerian lantas menggandeng PT Sarana Rekatama Dinamika (SRD), di mana pemegang sahamnya adalah Hartono Tanoesudibjo yang juga komisaris PT CMNP. Kejaksaan Agung menyatakan, uang akses fee Sisminbakum yang dipungut SRD harus masuk ke kantong negara, walaupun statusnya sebagai Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP).

Hary pernah diperiksa sebagai saksi oleh Kejaksaan Agung untuk kasus ini pada Oktober 2010. Namun pada 31 Mei 20012, Kejaksaan Agung mengeluarkan Surat Penghentian Penyidikan Perkara (SP3) kasus ini. Pertimbangan Kejaksaan Agung mirip dengan isi pertimbangan Mahkamah Agung yang memutuskan bahwa tidak ada unsur kerugian negara dalam proyek Sisminbakum.
Kini, Hary sudah mundur dari Partai Nasdem. Namun, itu bukan pertanda bahwa ia mundur dari gelanggang politik. Kabarnya, Hary sebentar lagi akan mendirikan ormas.

Demikian "Hary Tanoe, Melejit Setelah Bercerai". Terima kasih sudah mampir di kakadikaa, jangan lupa untuk menekan tombol LIKE nya.
Sumber: INILAH.com
Bagikan Artikel Ini :

Artikel Terkait

Mungkin Ini Juga Yang Anda Cari :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Artikel Terupdate Disini

[Get This]

Lintas

Site Meter My Ping in TotalPing.com

Sponsor Link

Sponsor Link